Ayah Bunda Tersenyumlah!

“Kenny…” teriak bunda dan seorang pria yang ku yakin itu ayah. Seorang menggenggam tanganku. Tangannya besar. Dia pasti ayah.
“Ayah. Ini ayah?”
“Iya, Kenny.”
Tuhan, terimakasih. Kau telah mempertemukanku dengan ayah meskipun kecelakaan sebagai perantaranya.
“Ayah, ayah tak perlu mendonorkan apapun. Kenny tak butuh. Biarlah keni meninggal asal ayah dan bunda bisa bahagia.”
Kali ini ada yang mengusap-usap kepalaku. Itu Bunda.
“Sungguh, ayah. Biarkan Kenny istirahat.” aku melanjutkan kata-kataku.
“Kenny” tangis bunda
“Bunda jangan nangis. Sekarang kan ada ayah.” kata ku sambil menggenggam erat tangan ayah. “Ayah, maukah kau berjanji padaku?” lanjutku lagi.
“Apa sayang?”
“Kalau Kenny pergi, ayah jaga Bunda, ya. Ayah harus tinggal dengan bunda. Jangan biarkan bunda sendiri.”
“Kenny,” tangis bunda lagi.
“Ayah, Bunda, tersenyumlah untuk Kenny.”
Walau aku tak bisa melihat, aku bisa merasakan senyuman mereka. Senyum yang damaikan tidur panjangku,
“kenny!!” teriak ayah dan bunda bersamaan.

Maafkan aku. Bunda. Aku membhoongimu kemarin. Tapi kalau boleh jujur, aku bahagia. Sungguh! Walaupun tak bisa melihat ayah, aku bisa melihat kalian berdua bersatu. Sekali lagi, tersenyumlah untukku!

1 lagi nyawa melayang demi kebahagiaan orang lain. Ternyata kisahku tak sama dengan kisah Renny. Oh, tidak!! Ini bukan kisahku. Ini kisah Ayah dan Bunda. Ayah, Bunda, tersenyumlah